FILOSOFI KANJUT KUNDANG
Beas Kehaman Berkah merupakan salah satu inovasi pembelajaran Pendidikan Purwakarta yang dinilai berhasil bahkan menjadi contoh bagi kegiatan daerah lain.
Sampai saat ini Beas Kaheman Berkah masih rutin dilakukan setiap hari Kamis dan nanti berasnya dibagikan secara merata kepada siswa maupun masyarakat tidak mampu di sekitar lingkungan sekolah. Program Beas Kaheman Berkah adalah dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa serta dari siswa untuk masyarakat dan bertujuan untuk menumbuhkan jiwa sosial, saling berbagi, gotong royong dan tentunya menumbuhkan rasa empati peserta didik kepada sesama.
Menariknya dalam Program Beas Kaheman Berkah yang berlangsung di Purwakarta siswa sudah tidak menggunakan lagi kantong plastik sebagai media penyimpan beras namun menggunakan Kanjut Kundang. Penggunaan Kanjut Kundang sebagai solusi agar tidak bertambahnya sampah plastik dengan menggunakan kain sebagai tempat menyimpan beras.
Pemilihan Kanjut Kundang menjadi bagian dari pelaksanaan Beas Kaheman karena Kanjut Kundang merupakan tradisi dari leluhur budaya Sunda. Apalagi di sekolah, siswa tidak hanya belajar tentang pelajaran umum namun juga tentang mencintai lingkungan dan menjaga tradisi budaya leluhurnya.
Filosofi Kanjut Kundang
Dalam Budaya Sunda, Kanjut Kundang adalah tempat menyimpan uang karena sejak jaman dulu, masyarakat Sunda mempunyai tradisi untuk membawa tas kecil dari kain kemanapun pergi sebagai tempat menyimpan uang koin atau logam.
Kanjut Kundang digunakan pula dalam acara kelahiran maupun pernikahan. Dalam kelahiran bayi, Kanjut Kundang digunakan saat upacara Puput Puseur yaitu prosesi pemotongan tali pusar bayi yang juga disertai dengan membagikan bubur merah dan bubur putih sebagai simbol sang bayi telah memiliki nama. Biasanya tali pusar bayi yang telah dimasukan ke Kanjut Kundang disimpan di tempat yang sekiranya aman untuk menyimpan Kanjut Kudang tersebut. Penggunaan Kanjut Kundang saat prosesi kelahiran bayi memiliki makna agar bayi tersebut bisa hidup rukun, akur dan juga sejahtera.
Melalui inovasi pembelajaran pendidikan berkarakter dengan penguatan Sekolah Ramah Anak dan ramah lingkungan maka Kanjut Kundang menjadi bagian dari hasil pembelajaran dengan mengajarkan siswa untuk memanfaatkan kain sisa untuk dibuat menjadi Kanjut Kundang. Kegiatan ini bagian dari pembelajaran Prakarya yang sesuai dengan prinsip pengolahan sampah yaitu Reduce yang berarti mengurangi sampah sejak awal. Mengganti plastik yang hanya bisa digunakan satu kali dan sampahnya sangat sulit diurai dengan Kanjut Kundang adalah solusi sekaligus pembelajaran siswa tidak hanya mengenai lingkungan serta menumbuhkan rasa, karsa, karya dan imajinasi siswa.
“Menggunakan wadah beras yang dipakai seumur hidup merupakan tradisi kemuliaan yang lahir sejak jaman orang tua kita dahulu yang harus dilestarikan sejak dini oleh anak-anak. Penggunaan Kanjut Kundang bisa menjadi bagian dari literasi Prakarya dengan mengajak para siswa untuk membuat Kanjut Kundang dari kain bekas” ~ Purwanto
Pendidikan Purwakarta melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta akan terus berupaya dan bekerja menghasilkan inovasi-inovasi baru bagi pendidikan Purwakarta dan dalam mewujudkan pendidikan Purwakarta yang berkarakter serta sesuai dengan profil Pelajar Pancasila. (MH/Red)
Artikel ini ditulis oleh : Mira Habibah, A.Md